15/06/2016

Trip ke Sabang, Aceh

Pesona Bahari Sabang
Trip ke Sabang, Aceh
Sepoi-sepoi angin laut terasa begitu nikmat saat kapal feri yang saya tumpangi mulai membunyikan terompet, pertanda akan berlabuh dari pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh menuju Sabang. Panas dan gerah cuaca di siang hari terganti dengan sejuk dan indahnya laut nan biru. Perjalanan laut selama satu jam setengah tidak terasa sama sekali sampai akhirnya saya menyadari bahwa  kapal akan segera berlabuh di dermaga Balohan, Sabang.

Amboi. Dari radius beberapa puluh meter saja sudah terlihat indahnya pulau yang berada di ujung barat Sumatera itu. Di sekelilingnya terdapat hutan lindung yang berjejer di perbukitan. Air laut begitu jernih hingga refleksi pepohonan yang tumbuh di bibir pantai terlihat jelas. Pun terumbu karang yang tumbuh di dalam lautan tampak ke permukaan. Lelah selama dikapal langsung lenyap melihat panorama alam yang menakjubkan ini.
Pesona Bahari Sabang
Gunung Sabang dari kejauhan
Siang hari tepat pukul satu saya tiba di dermaga. Para supir angkutan umum berbondong-bondong menawarkan jasanya pada setiap penumpang yang tidak membawa kendaraan. Karena membawa sepeda motor pribadi dari Banda Aceh, saya pun mengabaikan tawaran sang supir. Memang, jauh hari sebelum keberangkatan, saya sudah diingatkan oleh teman-teman yang pernah ke Sabang untuk membawa kendaraan pribadi. Selain bisa menghemat pengeluaran, dengan adanya kendaraan pribadi kita bisa puas menikmati indahnya pemandangan alam yang terbentang hampir di seluruh pelosok kota madya ini. Dan menumpang kapal feri adalah pilihan bagi siapa saja yang membawa serta kendaraan. Sebenarnya, selain kapal lambat feri ada juga kapal motor express yang setiap hari bolak-balik Sabang-Banda Aceh. Sesuai dengan namanya, menumpang kapal express  tentu jauh lebih cepat dibandingkan dengan feri. Cuma butuh 45 menit untuk tiba di dermaga. Namun, kapal express hanya mengangkut penumpang. Jika Anda tidak memiliki kendaraan, itu bukan masalah. Anda bisa menyewa jasa angkutan berupa mobil atau sepeda motor yang tersedia di pelabuhan atau penginapan. Harga sewa sepeda motor berkisar seratus ribu rupiah
Pesona Wisata Bahari Sabang
Kapal Express Sabang, harga tiket Rp 60.000

Saya pun meninggalkan Balohan dan menuju Kota Sabang untuk mengisi perut yang keroncongan.  Balohan adalah pintu utama yang menghubungkan kita dengan Sabang. Anehnya, siang hari jalanan kota yang terletak di Pulau Weh ini terlihat lenggang. Pertokoan di sepanjang jalan protokol juga hanya satu dua yang buka. Syukurnya rumah makan tetap terbuka di siang yang terik itu. Konon, Kota Sabang hanya ramai di pagi dan malam hari, sedangkan siangnya, masyarakat Sabang lebih memilih bersantai-santai di rumah. Sampai-sampai orang menyebut Sabang sebagai akronim dari Santai Banget.

Usai makan siang, saya pun mengelilingi Kota Sabang. Tampak bangunan peninggalan Belanda berdiri kokoh di antara bangunan-bangunan modern. Karena merupakan sebuah kepulauan, maka sejauh mata memandang lautanlah yang saya temukan. Keharmonisan hidup antaragama masyarakatnya juga tampak jelas dari rumah ibadah yang berdiri tegap di tengah-tengah kota. Karena penduduk Sabang tidak seluruhnya pemeluk agama Islam, maka Gereja dan Wihara pun dibangun di antara bangunan-bangunan lainnya.
Pesona Bahari Sabang
Mesjid Kota Sabang

Related Posts

Trip ke Sabang, Aceh
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.

2 komentar

Tulis komentar
avatar
6/19/2016 11:41:00 am

Semoga tahun ini bisa kembali ke sabang lagi

Reply
avatar
11/14/2020 09:58:00 am

cita cita yang belum kesampaian adalah berkunjung ke Aceh dan sekitarnya

Reply